Inilah Alasan Kenapa Titiek Soeharto Lebih Dukung Jokowi Daripada Prabowo Mantan Suaminya

Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto. (Foto tribunnews)

TAKUJENG,- Cukup menarik membaca pemberitaan media, bahwa politikus Partai Golkar Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto memastikan, ia akan mengikuti keputusan partainya, terkait calon presiden yang akan diusung pada Pilpres 2019. Artinya, Titiek akan mendukung Presiden Joko Widodo dalam Pilpres 2019.

Dengan kata lain, putri Presiden Soeharto (alm) ini lebih memilih Jokowi, dan tidak akan mendukung mantan suaminya Prabowo Subianto. Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra dan mantan Danjen Kopassus ini dikabarkan akan mendeklarasikan diri pada April mendatang, untuk maju sebagai capres di Pilpres 2019.

Seperti dilansir detik.com (22/3/2018), Titiek mengatakan, "Saya apa (kata) partainya, saya ikut. Saya kan cuma petugas partai, partai ke mana, ya saya ikut. Kalau partai dukung Jokowi, ya Pak Jokowi. Nggak ada masalah.”

loading...

"Emang Pak Prabowo maju?" lanjut Titiek kepada wartawan. Pertanyaan Titiek ini mengisyaratkan keraguan bahwa Prabowo akan maju sebagai capres pada Pilpres 2019. Sebagai mantan istri yang sudah paham pola berpikir sang suami, keraguan Titiek patut digarisbawahi.

Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto (Foto: kompas.com)

Memang, kita lihat Prabowo terlalu lama maju-mundur, seperti bimbang, dalam mendeklarasikan dirinya akan maju sebagai capres di Pilpres 2019. Yang ada sekarang barulah deklarasi aspirasi dari sejumlah elemen dalam tubuh Gerindra. Tapi Prabowo sendiri “menahan diri” dan belum mendeklarasikan diri secara resmi.

Ada dua penyebab obyektif, yang sangat disadari Prabowo. Pertama, jumlah partai yang sudah menyatakan mendukung Jokowi sebagai capres jauh lebih banyak daripada partai pendukung Prabowo. Dari segi jumlah perwakilan partai di DPR pun, Jokowi jauh lebih unggul. Prabowo cuma bisa mengandalkan dukungan Gerindra dan PKS.



loading...

Benar, bahwa publik memilih partai tidak linier dengan memilih presiden. Namun, jumlah partai pendukung yang banyak akan berpengaruh pada kesiapan sumber daya dan “logistik,” untuk kampanye Pemilu dan Pilpres. Kalau cuma mengandalkan pada dukungan PKS, Prabowo tampaknya harus “nombok.”




Kedua, dari seluruh hasil survei politik yang dilakukan pada 2017-2018, ternyata elektabilitas Jokowi masih di atas Prabowo. Bahkan, ketika elektabilitas Jokowi dikatakan menurun, angkanya tetap di atas elektabilitas Prabowo. Kalau Prabowo nekad maju begitu saja melawan Jokowi, kemungkinan besar ia akan mengulang kekalahan pada Pilpres 2014.

Presiden Jokowi dan Prabowo (Foto: detik.com)

Keraguan Prabowo terkait data obyektif yang tidak menguntungkan ini pastilah juga dipahami Titiek. Secara rasional, bagi Titiek lebih aman tetap bersama Golkar yang mendukung Jokowi, ketimbang “berpetualang” mendukung Prabowo, dengan risiko keberhasilan tipis, dan peluang kalah cukup besar.

Sumber:   http://idstory.ucnews.ucweb.com ( https://bit.ly/2G3BxI0 )